REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Program kapal selam bertenaga nuklir Australia bersama Amerika Serikat (AS) dan Inggris di bawah AUKUS, akan menelan biaya hingga 245 miliar dolar AS selama tiga dekade ke depan. Seorang pejabat pertahanan pada Selasa (14/3/2023) mengatakan, program kapal selam bertenaga nuklir ini merupakan proyek pertahanan tunggal terbesar dalam sejarah Australia.
Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak pada Selasa (14/3/2023) mengungkapkan rincian rencana untuk menyediakan kapal selam serang bertenaga nuklir bagi Australia. Ini adalah sebuah langkah besar untuk melawan pembangunan angkatan laut Cina di Indo-Pasifik.
Baca Juga :
Albanese mengatakan, program kapal selam bertenaga nuklir akan dimulai dengan investasi senilai 4 miliar dolar AS selama empat tahun ke depan. Investasi ini bertujuan untuk memperluas pangkalan kapal selam utama dan galangan kapal selam negara, serta melatih pekerja terampil.
“Ini akan menjadi kemampuan berdaulat Australia, dibangun oleh warga Australia, dipimpin oleh Angkatan Laut Australia dan didukung oleh pekerja Australia di galangan kapal Australia,” kata Albanese di San Diego, California.
Baca Juga :
"Skala, kompleksitas, dan signifikansi ekonomi dari investasi ini serupa dengan penciptaan industri otomotif Australia pada periode pascaperang," tambah Albanese.
Australia juga akan menyediakan anggaran senilai 3 miliar dolar Auustralia untuk memperluas kapasitas pembuatan kapal di AS dan Inggris. Sebagian besar anggaran ditujukan untuk mempercepat produksi kapal selam kelas Virginia AS.
Baca Juga :
Total biaya program kapal selam diperkirakan mencapai 268 miliar hingga 368 miliar dolar Australia pada 2055, atau kira-kira 0,15 persen dari produk domestik bruto per tahun. Anggaran itu melibatkan biaya pembuatan kapal selam serta infrastruktur dan pelatihan terkait. Program pembuatan kapla selam bertenaga nuklir tersebut akan menciptakan 20.000 pekerjaan di Australia selama tiga dekade.
Bendahara Australia Jim Chalmers mengatakan, keputusan itu adalah investasi yang mengubah permainan. Karena pemerintah menghadapi tekanan yang meningkat pada anggaran federal dan defisit yang berlarut-larut.
"Australia tidak mampu untuk tidak melakukannya, dan ini akan bernilai setiap sen dalam hal keamanan nasional kita, ekonomi nasional kita," kata Chalmers kepada wartawan.
Pemimpin oposisi Australia Peter Dutton menyatakan dukungan untuk kesepakatan kapal selam. Dutton menjabat sebagai menteri pertahanan ketika AUKUS diumumkan pada 2021,
Inggris akan membangun kapal SSN-AUKUS pertama, sebagaimana kapal selam kelas baru. Kapal selam tenaga nuklir pertama buatan Australia akan dikirim pada 2042. Selanjutnya satu kapal akan dibangun setiap tiga tahun hingga armada mencapai delapan kapal.
Konstruksi kapal selam Australia akan dilakukan di negara bagian Australia Selatan. Pemerintah menyiapkan anggaran 2 miliar dolar Australia untuk infrastruktur. Proyek ini dapat menciptakan 4.000 pekerjaan, dengan 5.500 pekerjaan galangan kapal pada puncak konstruksi. Pemerintah mengatakan, jumlah pekerjaan itu dua kali lipat dari antisipasi tenaga kerja untuk rencana pembangun kapal selam konvensional rancangan Prancis yang sebelumnya telah dibatalkan.
Sebuah pangkalan angkatan laut di Perth akan menjadi rumah bagi armada kapal selam baru, yang ditingkatkan dengan biaya 8 miliar dolar Australia selama satu dekade dan menghasilkan 3.000 pekerjaan. Kapal selam bertenaga nuklir AS akan mengunjungi Australia Barat lebih sering tahun ini. Sementara kapal selam Inggris melakukan kunjungan pelabuhan mulai 2026.
Mulai 2027 pangkalan Perth, HMAS Stirling, akan menjadi tuan rumah bagi kehadiran bergilir kapal selam bertenaga nuklir Inggris dan AS untuk membangun pengalaman Australia. Seorang profesor keamanan internasional di Australian National University, John Blaxland, mengatakan, kelas kapal selam AUKUS baru sedang dibangun di Australia dan Inggris karena model kapal selam AS berikutnya yang direncanakan terlalu besar untuk Australia.
Blaxland menyebut biaya besar itu sebagai kenaikan premi asuransi untuk keamanan nasional. Saat hubungan sejarah Australia dengan Inggris dan Amerika Serikat dihidupkan kembali, penting juga untuk tetap terlibat dengan negara tetangganya di Asia Tenggara dan Pasifik.
"Ya, ini harga yang menggiurkan, tetapi alternatifnya adalah biaya yang lebih berat untuk keamanan dan kedaulatan Australia," kata Direktur Eksekutif Institut Kebijakan Strategis Australia, Justin Bassi.
Komentar
Posting Komentar