Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Belajar dari Nasib Warunk Upnormal, Ini yang Harus Dilakukan Pelaku Usaha F&B By BeritaSatu

 

Belajar dari Nasib Warunk Upnormal, Ini yang Harus Dilakukan Pelaku Usaha F&B

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
April 11, 2023
Warunk Upnormal.
Warunk Upnormal.

Jakarta, Beritasatu.com – Pengamat marketing yang juga Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey menanggapi maraknya gerai food and beverage (F&B) yang berguguran, termasuk Warunk Upnormal yang menutup beberapa gerainya.

Menurut Roy, kondisi ini disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain tidak adaptif dan tidak resilience dalam menghadapi perubahan, serta tidak punya unique selling proposition (USP) yang bisa diunggulkan.

“Kecepatan untuk adaptif dan relevan dari suatu usaha itu sangat penting, apalagi usaha yang berhubungan langsung dengan konsumen seperti bisnis F&B. Ketika tidak adaptif dan tidak relevan, bersiap-siap saja, konsumen tidak akan lagi datang,” kata Roy Mandey kepada Beritasatu.com, Kamis (9/2/2023).

Ketika masyarakat atau konsumen tidak lagi datang, sementara biaya operasional meningkat, pilihan yang kemudian diambil adalah menutup gerai. Karenanya, menurut Roy selalu adaptif dan relevan jadi modal yang sangat penting. Selain itu, produk yang ditawarkan juga harus memiliki unique selling proposition agar konsumen tertarik untuk selalu datang.

Roy mencontohkan salah satu usaha F&B di Medan. Selain menyediakan tempat untuk makan dan minuman, tempat tersebut juga menyediakan lantai khusus untuk menonton dan juga multifunction room, sehingga tempatnya selalu ramai dikunjungi.

“Jadi kalau datang, konsumen tidak hanya makan dan minum saja, tetapi juga dapat pengalaman. Bisa dibayangkan kalau gerainya hanya ada kasir, rak, pelayan, lama-lama akan ditinggal. Apalagi kalau makanan dan minumannya biasa saja, tidak punya unique selling proposition, pasti akan ditinggal konsumen,” kata Roy.

Dari kasus tutupnya sejumlah gerai Warunk Upnormal, Roy melihat ada masalah yang sama, yaitu tidak adanya unique selling proposition, serta tidak adaptif dengan perilaku konsumen yang cepat berubah.

“Masyarakat kita itu cepat bosannya. Ada yang baru, biasanya akan pindah. Mereka pasti menuntut service level-nya ditingkatkan, experience yang ditawarkan ditingkatkan, produknya ditingkatkan, semuanya. Tidak sekedar makan atau minum kopi, harus ada unique selling proposition. Tapi ini gambaran secara umumnya saja. Untuk gambaran secara inti di masing-masing perusahaan, saya tidak tahu. Mungkin saja misalnya ada masalah keuangan sehingga harus tutup gerai, itu bisa terjadi,” kata Roy.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

URL berhasil di salin.

Posting Komentar

0 Komentar