Kemenperin Lawan Rencana Uni Eropa Larang Produksi Plastik "Perawan" By BeritaSatu

 

Kemenperin Lawan Rencana Uni Eropa Larang Produksi Plastik "Perawan"

By BeritaSatu.com
beritasatu.com
Sejumlah pegiat lingkungan membawa poster dan instalasi ular dari sampah plastik kemasan saat pawai bebas sampah plastik di kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu, 24 Juli 2022.
Sejumlah pegiat lingkungan membawa poster dan instalasi ular dari sampah plastik kemasan saat pawai bebas sampah plastik di kawasan Sudirman, Jakarta, Minggu, 24 Juli 2022.

Jakarta, Beritasatu.com - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Indonesia berencana untuk melawan rencana Uni Eropa yang ingin menghentikan atau mengurangi produksi pabrik plastik virgin (perawan) yang menggunakan bahan baku minyak dan gas bumi.

Ignatius Warsito, Plt Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil (IKFT) Kemenperin, menyatakan, Selasa (23/5/2023), bahwa langkah ini diambil untuk menjaga industri plastik yang memberikan kontribusi besar dalam industri kimia di Indonesia.

"Pekan depan kami ditugaskan oleh Menteri (Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita) untuk mempertahankan plastik virgin ke Prancis. Bagaimana dunia ini akan menghentikan dan mengurangi produksi pabrik plastik origin yang berbahan baku migas. Padahal dunia tidak mungkin tidak menggunakan plastik. Itulah yang kami perjuangkan," ujarnya.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) tentang Optimalisasi Jasa Engineering, Procurement & Construction Nasional Dalam Mendukung Perkembangan Industri di Jakarta hari ini.

Plastik virgin digunakan dalam berbagai industri, termasuk industri kemasan, elektronik, otomotif, konstruksi, dan lainnya. Namun, penggunaan plastik virgin juga mendapat kritik karena dampak lingkungan yang dihasilkan, terutama dalam hal penggunaan bahan baku minyak bumi yang tidak terbarukan dan limbah plastik yang sulit terurai di alam.

Warsito menjelaskan bahwa langkah ini diambil setelah konferensi kedua mengenai masalah sampah plastik. Meskipun isu tersebut berkaitan dengan sampah plastik, terdapat usulan untuk mengurangi distribusi dan produksi plastik virgin yang menggunakan bahan baku minyak dan gas.

"Artinya, kita tidak hanya berbicara tentang daur ulang plastik, tetapi juga tentang produksi plastik dari hulu. Kami sangat khawatir jika hal itu menjadi mandatori dan kita harus saling mempertimbangkan bahwa kita tidak mungkin mengurangi atau bahkan menghentikan produksi plastik yang berbahan baku migas," jelasnya.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

URL berhasil di salin.

Belum lagi saat ini ada sejumlah proyek petrokimia raksasa yang tengah dibangun dan digadang-gadang dapat memenuhi kebutuhan plastik polietilen seperti proyek Chandra Asri Petrochemical dan Lotte Chemical.

Selain itu, Warsito menegaskan bahwa pemerintah tetap mendukung upaya pelestarian lingkungan. Namun, ia juga menekankan perlunya pertimbangan yang seimbang untuk menjaga pembangunan industri demi perekonomian.

Warsito juga mengakui bahwa sektor petrokimia masih dapat mengurangi emisi karbon melalui proses dan teknologi yang tepat. Sebagai contoh, dalam industri plastik, terdapat alternatif bahan baku berupa biorefinery yang telah dikembangkan oleh Korea Selatan.

"Kami berusaha menyusun posisi Indonesia dan harapannya adalah kita dapat mencapai keseimbangan antara aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial di dalamnya," tambahnya.

Sesi kedua Intergovernmental Negotiating Committee akan mengembangkan instrumen terikat terkait sampah plastik, termasuk lingkungan laut, pada 29 Mei-2 Juni 2023 di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis.

Saksikan live streaming program-program BTV di sini

URL berhasil di salin.

Baca Juga

Komentar