Topan Mocha Mendekati Myanmar dan Bangladesh, Ribuan Orang Mengungsi
Sittwe, Beritasatu.com - Ribuan orang mengungsi dari pantai barat Myanmar dan para pejabat di negara tetangga Bangladesh bergegas untuk mengevakuasi pengungsi Rohingya pada Sabtu (13/5/2023) ketika topan paling kuat di kawasan itu selama lebih dari satu dekade melanda Teluk Benggala.
Topan Mocha membawa angin dengan kecepatan hingga 220 km/jam, menurut kantor meteorologi India, setara dengan badai kategori empat.
Kekuatan Topan Mocha diperkirakan akan melemah sebelum mendarat pada Minggu (14/5/2023) pagi antara Cox's Bazar, tempat hampir satu juta pengungsi Rohingya tinggal di kamp-kamp yang sebagian besar terdiri dari tempat penampungan tipis, dan Sittwe di pantai Rakhine barat Myanmar.
Pada hari Sabtu penduduk Sittwe menumpuk harta benda dan hewan peliharaan ke dalam mobil, truk dan tuk-tuk dan menuju tempat yang lebih tinggi.
"Kami memiliki nenek di keluarga kami dan kami harus merawatnya," kata Khine Min dari sebuah truk yang penuh dengan kerabatnya di jalan keluar dari ibu kota negara bagian.
"Hanya ada satu orang yang tersisa di Sittwe untuk mengurus rumah kami."
Toko dan pasar di kota berpenduduk sekitar 150.000 orang itu ditutup, dengan banyak penduduk setempat berlindung di biara.
Kyaw Tin (40) mengatakan, dia tidak bisa meninggalkan daerah itu karena putranya berada di rumah sakit setempat.
"Saya berharap topan ini tidak datang ke negara kita. Tapi jika nasib ini terjadi kita tidak bisa mengabaikannya," katanya.
"Saya khawatir topan ini akan mempengaruhi negara kita seperti yang dialami Nargis," tambahnya, merujuk pada badai tahun 2008 yang menewaskan lebih dari 130.000 orang di Myanmar selatan.
Otoritas junta Myanmar mengawasi evakuasi dari desa-desa di sepanjang pantai Rakhine, lapor media pemerintah pada Jumat.
Myanmar Airways International mengatakan semua penerbangannya ke negara bagian Rakhine telah ditangguhkan hingga Senin.
Di negara tetangga Bangladesh, pejabat bergerak untuk mengevakuasi pengungsi Rohingya dari "daerah berisiko" ke pusat-pusat komunitas, sementara ratusan orang melarikan diri dari pulau resor teratas.
"Topan Mocha adalah badai paling kuat sejak Topan Sidr," kata Azizur Rahman, kepala Departemen Meteorologi Bangladesh.
Topan itu melanda pantai selatan Bangladesh pada November 2007, menewaskan lebih dari 3.000 orang dan menyebabkan kerusakan miliaran dolar.
Pihak berwenang Bangladesh telah melarang pengungsi Rohingya membangun rumah beton permanen, khawatir hal itu dapat mendorong mereka untuk menetap secara permanen daripada kembali ke Myanmar, yang mereka tinggalkan lima tahun lalu.
"Kami tinggal di rumah yang terbuat dari terpal dan bambu," kata pengungsi Enam Ahmed, yang tinggal di kamp Nayapara dekat kota perbatasan Teknaf.
"Kami takut. Kami tidak tahu di mana kami akan berlindung. Kami panik."
Saksikan live streaming program-program BTV di sini
Komentar
Posting Komentar