Sosok Yevgeny Prigozhin, Penjual Hotdog yang Bertransformasi Jadi Pemimpin Tentara Bayaran Wagner Group Halaman all - Kompas

 

Sosok Yevgeny Prigozhin, Penjual Hotdog yang Bertransformasi Jadi Pemimpin Tentara Bayaran Wagner Group Halaman all - Kompas.com

Pemimpin Grup Wagner Yevgeny Prigozhin menghadiri pemakaman Dmitry Menshikov, seorang kombatan dari grup Wagner yang tewas dalam operasi khusus di Ukraina, di pemakaman Beloostrovskoye di luar St Petersburg, Rusia, Sabtu (24/12/2022)

KOMPAS.com - Yevgeny Prigozhin dan kelompoknya, Wagner Group, menyita perhatian berkat aksi pemberontakannya terhadap Rusia.

Mereka berbalik arah menyerang Rusia, setelah sebelumnya turut membantu menyerang pasukan Ukraina.

Pasukan Wagner atau Wagner Group sendiri merupakan tentara bayaran swasta di bawah kepemimpinan Yevgeny Prigozhin yang selama ini berperang bersama tentara reguler Rusia di Ukraina.

Jauh sebelum mengendalikan pasukan tentara bayaran, Yevgeny Prigozhin sempat merasakan pahit manis kehidupan.

Dia yang pernah berjualan makanan cepat saji bersama keluarga untuk menyambung hidup ini pernah dijebloskan ke penjara akibat kejahatan "kelas teri".

Lantas, seperti apa sosok Yevgeny Prigozhin yang menjadi pemimpin Wagner Group?

Yevgeny Prigozhin, pemimpin Wagner Group

Dilansir dari The Guardian, Yevgeny Prigozhin lahir di Leningrad, yang kini bernama Saint Petersburg (St Petersburg), Rusia, pada 1961.

Ibunya bekerja di rumah sakit, sementara sang ayah telah meninggal sejak dia masih muda. Prigozhin kemudian dikirim ke akademi olahraga untuk mempelajari olahraga ski lintas alam atau cross-country skiing.

Sayangnya, Prigozhin muda tak berhasil menjadi atlet profesional. Usai menyelesaikan pendidikan, dia malah bergabung dengan sekelompok penjahat kelas teri di negaranya.

Merujuk dokumen pengadilan pada 1981, Prigozhin yang masih berusia 18 tahun terlibat perampokan anting-anting emas milik seorang wanita bersama tiga temannya.

Perampokan pada Maret 1980 itu merupakan salah satu dari banyak aksi kejahatan "kelas teri" yang dilakukan Prigozhin di St Petersburg.

Dia kemudian dijatuhi hukuman 13 tahun penjara dan menghabiskan hari-harinya di balik jeruji besi.

Saat dibebaskan, Yevgeny Prigozhin kembali ke St Petersburg pada 1990, saat Uni Soviet tengah dalam kondisi sekarat.

Jual hotdog dan pertemuan dengan Putin

Di tengah kondisi negara yang sekarat, Prigozhin memulai kehidupan dengan cara sederhana, yakni menjual hotdog di dapur apartemen keluarganya.

"Kami menghasilkan 1.000 dollar AS sebulan, yang dalam mata uang Rubel adalah gunung. Ibuku hampir tidak bisa menghitung semuanya," kata dia kepada portal berita St Petersburg Gorod 812, pada 2011.

Namun, Prigozhin memiliki pandangan lebih tinggi dari sekadar makanan cepat saji. Dia juga piawai menciptakan akses menuju apa yang dibutuhkan.

"Dia selalu mencari orang yang lebih tinggi untuk berteman. Dan dia pandai dalam hal itu," terang seorang pengusaha yang mengenalnya pada era 1990-an.

Tak lama dari usaha makanan cepat saji, Prigozhin memiliki saham di jaringan supermarket.

Hingga pada 1995, dia memutuskan untuk membuka restoran dengan mitra bisnisnya, Tony Gear, seorang administrator hotel yang sebelumnya bekerja di The Savoy, hotel mewah di London, Inggris.

Prigozhin menyewa Gear untuk mengelola toko anggur dan restoran barunya, Old Customs House, di Pulau Vasilievsky, St Petersburg.

Awalnya, Old Customs House mempekerjakan penari telanjang untuk menarik pelanggan.

Namun, lambat laun, hidangan yang nikmat lebih memikat pelanggan hingga penari telanjang diberhentikan.

Gear pun berfokus pada pemasaran restoran sebagai tempat makan paling mewah di kota, dengan banyak bintang pop dan pengusaha yang menjadi pelanggan.

Tak hanya itu, Wali Kota St Petersburg kala itu, Anatoly Sobchak juga terkadang berkunjung bersama wakilnya saat itu, Vladimir Putin.

Akrab dan sempat menjadi koki Putin

Pemimpin Wagner, Yevgeny Prigozhin, dalam rekaman yang bocor, terdengar berbicara kepada para tahanan di Rusia.
Lihat Foto

Memanfaatkan hubungan dekat dengan elite politik, bisnis Prigozhin berkembang pesat setelah Putin menjadi presiden.

Dia sering bertemu pejabat asing di kampung halamannya, bahkan membawa mereka ke Old Customs House atau New Island, restoran terapung dari kapal.

Dikutip dari Kompas.com (21/2/2023), perusahaan katering yang dia bangun pada 1990-an, Concord, dianugerahi kontrak eksklusif dari pemerintah.

Prigozhin ditawari untuk menyiapkan hidangan makan malam kenegaraan, termasuk upacara pelantikan Putin dan kunjungan Presiden AS George W Bush ke St Petersburg.

Sosok Prigozhin juga tampak di belakang King Charles (kala itu masih berstatus Putra Mahkota) dalam resepsi pada 2003 di museum Hermitage St Petersburg.

Dari kontrak mewan tersebut, Prigozhin mendapat julukan sebagai "koki Putin". Namun, Prigozhin tidak membatasi ambisi hanya pada industri makanan.

Sosoknya bertransformasi menjadi panglima perang yang brutal setelah gerakan separatis pro-Rusia pada 2014 di Donbas, Ukraina timur.

Dia kemudian mendirikan Wagner sebagai perusahaan tentara bayaran dengan markas atau kantor di St Petersburg, Rusia.

Wagner di bawah kepemimpinan Prigozhin

Wagner Group beberapa kali membantu tentara reguler untuk bertempur. Misalnya, pada 2015, Wagner mulai beroperasi di Suriah, bertempur bersama pasukan pro-pemerintah dan turut menjaga ladang minyak.

Kelompok tersebut juga aktif di Libya sejak 2016 dengan memberikan dukungan untuk pasukan yang setia kepada Jenderal Khalifa Haftar.

Dikutip dari BBC, diperkirakan sekitar 1.000 tentara bayaran Wagner telah andil bagian dalam kemajuan Haftar pada pemerintahan resmi di Tripoli pada 2019.

Pada 2017, Wagner Group diundang ke Republik Afrika Tengah untuk menjaga tambang berlian. Mereka juga dilaporkan bekerja di Sudan, menjaga tambang emas.

Hingga pada 2020, Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa Wagner "bertindak sebagai kedok" di negara-negara itu.

Tujuan Wagner, menurut AS, untuk "kemajuan" perusahaan pertambangan milik Prighozin, seperti M Invest dan Lobaye Invest. Perusahaan-perusahaan itu pun dijatuhi sanksi oleh AS.

Wagner Group juga diundang oleh pemerintah Mali di Afrika Barat untuk melindungi mereka dari serangan kelompok-kelompok militan Islam.

Kedatangannya pada 2021 itu pun memengaruhi keputusan Perancis untuk menarik pasukan keluar dari sana.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tag

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya