Vladimir Putin Ancam Perang Nuklir, Warning PD 3
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa perang di Ukraina dapat berubah menjadi konflik nuklir. Ia juga memperingatkan akan Perang Dunia 3 (PD3), di mana tak ada pemenangnya, baik Amerika Serikat (AS) sekalipun.
Ancaman ini muncul ketika Ukraina kini melakukan serangan balik ke Rusia dan dilaporkan menguasai beberapa wilayah yang awalnya diklaim Moskow. Ini juga diutarakannya setelah rudal Rusia ditembakkan dari Laut Hitam ke Ukraina dan menghancurkan sejumlah bangunan sipil di kota selatan, Odesa, Selasa waktu setempat, serta menewaskan tiga orang.
"AS berpura-pura tidak takut akan eskalasi konflik di Ukraina, tetapi orang waras di sana jelas tidak ingin membawa ini ke PD 3," katanya dalam pertemuan korespoden perang Rusia di Moskow, dimuat Daily Mail Rabu (14/6/2023).
"Jika terjadi Perang Dunia Ketiga, tidak akan ada pemenang, termasuk Amerika," katanya.
Putin mengatakan ini saat mengklaim bahwa Ukraina sebenarnya juga belum memenangkan perang. Ditegaskannya pembalasan Ukraina justru menimbulkan bahaya dan membuat pihak Kyiv menderita korban lebin banyak.
"10 kali lebih banyak," tegasnya dimuat pula oleh AFP.
Ia juga menyebut Rusia telah membombardir banyak kendaraan tempur Barat yang dipakai Ukraina. Seperti jet tempur Bradley buatan AS dan Leopard buatan Jerman.
"Amunisi meledak di dalam, dan potongan terbang ke arah yang berbeda," katanya.
Sementara itu, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengungkapkan bahwa negaranya telah mulai menerima senjata nuklir taktis Rusia. Kepada televisi pemerintah Kremlin, Lukashenko mengatakan, senjata yang diterima, beberapa di antaranya tiga kali lebih kuat daripada bom atom AS yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.
Penyebaran senjata nuklir taktis ke Belarus adalah langkah pertama Moskow menyebarkan hulu ledak semacam itu, di luar Rusia sejak jatuhnya Uni Soviet. Sebelumnya di pekan lalu, Putin memang menegaskan akan segera mengerahkan senjata nuklir taktis ke Belarusia setelah fasilitas penyimpanan khusus untuk menampungnya disiapkan.
"Kami memiliki rudal dan bom yang kami terima dari Rusia," katanya dimuat saluran TV Rossiya 1 dimuat Reuters.
"Bom-bom itu tiga kali lebih kuat daripada yang (dijatuhkan) di Hiroshima dan Nagasaki," tegasnya.
Dimuat Associated Press, Lukashenko pun mengaku tidak akan ragu untuk menggunakan senjata nuklir taktis Rusia itu. Apalagi, jika Belarusia menghadapi tindakan agresi.
"Tuhan melarang saya harus membuat keputusan untuk menggunakan senjata itu hari ini, tetapi tidak akan ada keraguan jika kita menghadapi agresi," kata Lukashenko.
Senjata nuklir taktis dimaksudkan untuk menghancurkan pasukan dan senjata musuh di medan perang. Senjata ini memiliki jangkauan yang relatif pendek dan hasil yang jauh lebih rendah daripada hulu ledak nuklir yang dipasang pada rudal balistik antarbenua yang mampu melenyapkan seluruh kota.
Perlu diketahui, bersama dengan Ukraina dan Kazakhstan, Belarusia menjadi tuan rumah bagi sebagian besar persenjataan nuklir Uni Soviet ketika mereka semua masih satu negara. Senjata-senjata itu ditarik ke Rusia setelah keruntuhan Uni Soviet tahun 1991 berdasarkan kesepakatan yang disponsori oleh AS.
Sebelumnya, peningkatan pengiriman senjata Barat ke Ukraina memang membuat Rusia berulang kali mengancam nuklir. Dmitry Medvedev, yang merupakan presiden pengganti Putin antara 2008 dan 2012 dan sekarang menjabat sebagai wakil kepala Dewan Keamanan Rusia, telah sering mengeluarkan ancaman.
"Menurut pendapat saya, (kekhawatiran tentang perubahan iklim) tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan prospek ledakan epik dengan suhu 5.000 Kelvin (skala), gelombang kejut 350 meter per detik dan tekanan 3.000 kilogram per meter persegi, dengan penetrasi radiasi, yaitu, radiasi pengion dan pulsa elektromagnetik," katanya merujuk serangan nuklir, dimuat RIA Novosti.
"Apakah ada prospek seperti itu hari ini? (Sayangnya), ya. Dan itu berkembang setiap hari karena alasan yang sudah diketahui," ancamnya.
"Kekalahan kekuatan nuklir dalam perang konvensional dapat memicu perang nuklir," katanya lagi dalam sustu kesempatan dalam postingan Telegram yang membahas dukungan NATO untuk militer Ukraina.
Menurut Federasi Ilmuwan Amerika, Rusia memiliki sekitar 5.977 hulu ledak nuklir pada 2022. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan AS yang hanya memiliki 5.428.
Berdasarkan laporan Al Jazeera, sekitar 1.500 hulu ledak Rusia sudah pensiun, tetapi masih utuh. Sementara itu, sebanyak 2.889 sebagai cadangan dan 1.588 hulu ledak sudah dikerahkan.
Komentar
Posting Komentar