Meroket 445 Persen, Harga Tomat di India Lebih Mahal dari Bensin
:extract_focal()/https%3A%2F%2Fimg.inews.co.id%2Fmedia%2F600%2Ffiles%2Finews_new%2F2023%2F07%2F09%2Fharga_tomat_di_india_meroket.jpg)
NEW DELHI, iNews.id - Harga tomat di India meroket karena cuaca buruk. Hal ini memicu warganet membuat meme di media sosial, yang membandingkannya dengan harga bahan penting lain, termasuk bensin.
Mengutip Bloomberg, hujan lebat dan suhu di atas normal pada sejumlah wilayah di India mempengaruhi produksi tanaman, menyebabkan harga naik lima kali lipat pada tahun ini. Tomat yang biasanya lebih mahal pada bulan-bulan produksi rendah di Juni-Juli, namun efek tahun ini lebih besar.
Kenaikan harga tomat dan bawang merah di India bisa memicu aksi protes warga. Bahkan beberapa partai politik yang berkuasa di sana kalah dalam pemilu lantaran tidak bia mengendalikan harga bawang merah, yang merupakan elemen penting dari hidangan utama bersama dengan tomat.
Harga pangan yang tinggi juga bisa mempengaruhi upaya bank sentral memacu pertumbuhan ekonomi dan mengendalikan inflasi.
Sementara itu, media sosial di India heboh dengan meme yang berhubungan dengan tomat. Ada yang menunjukkan harga tomat lebih mahal dari bensin dan solar, sementara yang lain mengatakan bisa mendapatkan iPhone gratis dengan terjualnya tomat setiap kilogram.
Data Kementerian Pangan India melaporkan, harga eceran tomat di New Delhi mencapai 120 rupee atau sekitar Rp22.013 per kilogram (kg) pada Kamis (6/7/2023), meningkat 445 persen dibandingkan awal tahun ini sebesar 22 rupee atau Rp4.036 per kg. Sebaliknya, bensin saat ini dijual sekitar 96 rupee atau Rp17.611 per liter di New Delhi.
Editor : Aditya Pratama
Follow Berita iNews di Google News
Ekonom Bloomberg Abhishek Gupta menyampaikan dalam sebuah laporan bahwa inflasi makanan di India naik dari 3,3 persen pada Mei menjadi kemungkinan 4 persen pada Juni 2023. Perkiraan tersebut didasarkan pada kenaikan tajam harga tomat, kacang-kacangan dan beras, menurut data harga harian yang tersedia.
Kenaikan harga tomat juga mendorong kejahatan. Menurut Hindustan Times, seorang petani di negara bagian selatan Karnataka melaporkan pencurian tomat senilai 150.000 rupee atau setara Rp27,5 juta.
Pejabat di Departemen Urusan Konsumen Kementerian Pangan Rohit Kumar Singh mengatakan, harga tomat umumnya naik selama Juni-Juli dan Oktober-November karena musim produksi yang singkat di daerah-daerah penghasil utama.
"Kami menyebutnya variasi musiman harga komoditas. Harga akan menurun mulai Agustus saat panen dimulai," kata dia.
Negara bagian selatan dan barat India, yang menyumbang sekitar 60 persen dari total produksi tomat negara itu, mengirimkan kelebihan panen ke pasar lain di India. Sementara itu, pemerintah mencari solusi jangka panjang untuk mengembangkan teknologi hemat biaya dan memastikan tomat tersedia dengan harga terjangkau.
Editor : Aditya Pratama
Follow Berita iNews di Google News
0 Komentar