Ticker

6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Putin Dikutuk, Miliarder Teknologi Rusia Blak-Blakan Soal Ini - CNBC Indonesia

 

Putin Dikutuk, Miliarder Teknologi Rusia Blak-Blakan Soal Ini

CNBC Indonesia

Tech

Jumat, 11/08/2023 19:30 WIB

Foto: Presiden Rusia Vladimir Putin mengunjungi pameran proyek penelitian dan pengembangan lanjutan di bidang teknologi kuantum, yang diselenggarakan oleh Rosatom State Corporation dan Russian Railways di Moskow, Rusia, Kamis, 13 Juli 2023. (AP/Alexander Kazakov)

Jakarta, CNBC Indonesia - Salah satu pendiri Yandex yang disebut-sebut sebagai 'Google-nya Rusia' tiba-tiba buka suara soal perang tak berkesudahan melawan Ukraina. Miliarder internet terbesar Rusia yang sekarang tinggal di pengasingan itu tak segan-segan mengutuk invasi skala penuh dari negaranya.

Ia adalah Arkady Volozh, orang yang membantu peluncuran Yandex pada 1997 lalu. Volozh menjabat sebagai direktur eksekutif perusahaan hingga Juni 2022. Ia akhirnya mengundurkan diri setelah mendapat sanksi dari Uni Eropa karena secara material mendukung pemerintah Rusia.

Uni Eropa menuduh perusahaan Volozh mempromosikan narasi yang membela Rusia dalam hasil pencariannya, menurut BBC.

Dalam sebuah pernyataan, Volozh mengatakan dia secara pribadi ngeri melihat perang Rusia di Ukraina. Ia mengatakan turut merasa penderitaan warga Ukraina yang rumahnya dibom setiap hari.

"Invasi Rusia ke Ukraina sangat barbar, dan saya dengan tegas menentangnya," katanya, dikutip dari Insider, Jumat (11/8/2023).

Volozh, yang kini tinggal di Israel mengatakan dia punya alasan kuat untuk diam hingga sekarang. Namun, dia merasa harus bertanggung jawab atas tindakan Rusia.

"Meskipun pernyataan saya terbilang telat, tetapi esensinya sama, yakni saya menentang perang," ujarnya.

Beberapa orang Rusia kelas atas seperti Volozh secara terbuka dan tegas menentang Presiden Rusia Vladimir Putin dan keputusannya untuk menginvasi dan menduduki Ukraina.

Pavel Durov, misalnya, miliarder teknologi Rusia lainnya yang sekarang tinggal di Dubai dan menjabat CEO Telegram.

Durov secara terbuka berkomitmen untuk melindungi privasi pengguna Ukraina. Namun, ia masih menahan diri untuk mengutuk invasi Rusia ke Ukraina secara eksplisit. Dalam pernyataan pada Maret 2022, Telegram mengemukakan harapan perusahaan agar konflik segera berakhir.

Saksikan video di bawah ini:

Video: HP China Murah Kompak Tiru iPhone, Tertarik?

(fab/fab)

Posting Komentar

0 Komentar