Hilirisasi Nikel Harus Dilanjutkan, Jangan Biarkan Indonesia Diperalat Bangsa Lain - Beritasatu

 

Hilirisasi Nikel Harus Dilanjutkan, Jangan Biarkan Indonesia Diperalat Bangsa Lain

Selasa, 30 Januari 2024 | 16:29 WIB
YP
BW
Diskusi Repnas bertajuk 'Blak-blakan soal mobil nasional dan polemik LFP vs Nikel' di kantor Repnas, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, 29 Januari 2024.
Diskusi Repnas bertajuk 'Blak-blakan soal mobil nasional dan polemik LFP vs Nikel' di kantor Repnas, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, 29 Januari 2024. (Istimewa/.)

Jakarta, Beritasatu.com - Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda Nasional (Repnas) Anggawira menegaskan, hilirisasi nikel harus dilanjutkan siapa pun pasangan capres-cawapres terpilih di Pilpres 2024. Pasalnya, hilirisasi nikel tersebut sudah terbukti mendongkrak pertemuan ekonomi Indonesia dan menegaskan posisi Indonesia yang tidak diperalat lagi oleh bangsa lain.

ADVERTISEMENT

"Hilirisasi nikel memberikan dampak untuk pertumbuhan ekonomi kita, ibaratnya kalau mentahan nikel harganya satu, ketika sudah diolah harganya menjadi tiga puluh, artinya ini memberikan dampak positif untuk pertumbuhan ekonomi, jadi program hilirisasi Presiden Jokowi harus dilanjutkan," ujar Anggawira kepada wartawan di Jakarta, Selasa (30/1/2024).

Apalagi, kata Anggawira, Indonesia saat ini mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia. Menurut dia, potensi tersebut harus dimaksimalkan sehingga memberikan dampak positif kepada bangsa dan negara.

BACA JUGA
ADVERTISEMENT

"Potensi ini merupakan peluang yang besar untuk pembuatan mobil listrik besutan Indonesia sendiri. Jika tidak diolah, maka akan menjadi negara yang begini-begini saja, tidak naik kelas dan tidak maju-maju," tandas Sekjen BPP Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI).

Anggawira mengungkapkan, Repnas sudah membahas hilirisasi nikel secara serius bersama politisi, ekonom, dan praktisi industri dalam acara bertajuk "Blak-blakan soal mobil nasional dan polemik LFP vs Nikel" di kantor Repnas, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (29/1/2024). Semua narasumber, kata dia, sepakat agar hilirisasi nikel harus dilanjutkan.

"Bahkan Bang Lutfi (Mantan Menteri Perdagangan) mengatakan dalam diskusi tersebut bahwa, jika kita hanya terus-terusan mengimpor bahan mentah, ya kita membiarkan bangsa ini jadi alat bangsa lain untuk peroleh keuntungan mereka sendiri," jelas Anggawira.

Dalam diskusi yang digelar Repnas, hadir sejumlah narasumber, yakni Kepala BKPM 2005-2009 dan Menteri Perdagangan RI 2020-2022 Muhammad Lutfi, Direktur Pelayanan Perizinan Kementerian Investasi/BKPM Edy Junaedi, anggota DPR Komisi VII Moreno Soeprapto, Presiden Komisaris VKTR Anindya Bakrie, dan Sekjen Repnas Alvin Kennedy, yang juga merupakan CEO Maju Motor Group.

Dalam diskusi tersebut, Muhammad Lutfi menerangkan betapa pentingnya hilirisasi nikel untuk menambah pendapatan ekonomi dan meningkatkan PDB.

BACA JUGA

"Sebelum Desember 2019, yang kita jual adalah tanah dan air. Itu benar-benar dari tanah air kita, naik kapal harganya kira-kira 20.000 dolar/ton, dijual ke Tiongkok, kemudian dikembalikan lagi ke Indonesia menjadi barang yang macam-macam dengan harga yang lebih tinggi," jelas Lutfi.

Hal itu, kata Lutfi, berarti Indonesia kembali hanya menjadi market, bukan produsen. Padahal, kata dia, hal tersebut menjadi momok bangsa Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya