Tambang Nikel Morowali, dari Gelap Gulita hingga Bisa Setor Rp 17 Triliun ke Negara - Beritasatu

 

Tambang Nikel Morowali, dari Gelap Gulita hingga Bisa Setor Rp 17 Triliun ke Negara

Rabu, 31 Januari 2024 | 14:30 WIB
DS
DS
Pelabuhan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dengan latar belakang kawasan industri terintegrasi dengan 54 pabrik.
Pelabuhan PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dengan latar belakang kawasan industri terintegrasi dengan 54 pabrik. (PT IMIP/Istimewa)

Jakarta, Beritasatu.com - Pada 2006, kawasan Desa Fatufia dan Labota di Kecamatan Bahodopi, Morowali, Sulawesi Tengah masih berupa hutan belantara. Kini, kawasan yang dahulu gelap gulita itu menjadi penyumbang pendapatan negara dari pajak dan royalti sebesar Rp 10 triliun pada 2022 dan diperkirakan Rp 17 triliun pada 2023.

ADVERTISEMENT

Pajak dan royalti itu berasal dari kegiatan industri tambang berbasis bahan baku nikel yang berdiri di dua wilayah desa tersebut.

Waktu pertama kali datang ke Fatufia dan Labota hampir dua dekade lalu, Managing Director PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), Hamid Mina mengaku tak membayangkan bahwa wilayah itu bakal berubah menjadi sebuah kawasan industri modern seperti sekarang. Apalagi sampai tercatat sebagai industri tambang yang memiliki rantai produksi terpanjang dan paling efektif di dunia.

“Tahun 2005 atau 2006 ketika saya datang ke sini pertama dahulu, kami diberi korek dan lilin oleh pemilik penginapan. Ternyata itu berfungsi sebagai penerangan karena tak ada listrik, gelap gulita ketika malam,” Hamid Mina saat menceritakan ihwal perjalanannya membuka tambang di Morowali.

Kawasan industri terintegrasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dengan 54 pabrik. - (PT IMIP/Istimewa)
Kawasan industri terintegrasi PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) dengan 54 pabrik. - (PT IMIP/Istimewa)

Gagal pada sebuah eksplorasi batu bara di Kalimantan Timur, Hamid mengaku melirik nikel. “Saya berpendapat bahwa keunggulan Indonesia adalah dari sumber daya alamnya. Kita kaya akan batu bara di Kalimantan. Kalau nikel di Sulawesi, Halmahera, sampai Papua,” ucap Hamid mengenai ketertarikannya pada nikel.

Nikel belum sepopuler batu bara ketika itu sehingga pembukaan lahan pertambangan tidak sulit. Hamid dan kakaknya, Halim Mina, yang tergabung dalam PT Bintang Delapan Minerals (BDM) mengawali investasi dengan membuka tambang di wilayah yang gelap gulita tadi, di Kecamatan Bahodopi.

BACA JUGA

Pada 2010 PT BDM mulai mengekspor bahan baku (ore) nikel ke China dengan Tsingshan sebagai partnernya. Tsingshan Group adalah perusahaan terbesar di dunia di bidang pengolahan nikel dan sudah menguasai teknologi pengolahan yang lengkap dengan teknologi maju dan modern.

PT BDM dan Tsingshan belakangan menjalin kerja sama seiring kebijakan pelarangan ekspor raw matterial (ore nikel).

Pada Juli 2013, mulai dibangun pabrik pemurnian nikel berkat kongsi kedua korporasi tersebut dengan PT Sulawesi Mining Invesment (SMI) sebagai pengelolanya.

Pelabuhan yang dibangun PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). - (PT IMIP/Istimewa)
Pelabuhan yang dibangun PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). - (PT IMIP/Istimewa)

Pada 19 September tahun yang sama didirikanlah PT IMIP. Pemegang sahamnya antara lain Shanghai Decent Investment Group, PT SMI, dan PT Bintang Delapan Investama.

Pada 3 Oktober 2013 ditandatangani kerja sama B to B dua proyek, yakni PT SMI dan PT IMIP yang disaksikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden RRC Xi Jinping. Setahun kemudian Menteri Perindustrian waktu itu, Saleh Husin, meresmikan kawasan IMIP. Setelah itu kawasan tambang ini melaju kencang.

Komentar

Baca Juga

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek