5 Hal yang Bisa Dilakukan Guru untuk Cegah "Bullying" di Sekolah Halaman all - Kompas

 

5 Hal yang Bisa Dilakukan Guru untuk Cegah "Bullying" di Sekolah Halaman all - Kompas.com

5 Hal yang Bisa Dilakukan Guru untuk Cegah "Bullying" di Sekolah

Kompas.com, 18 Oktober 2023, 15:00 WIB
Editor
Ilustrasi bullying, penyebab bullying, penyebab terjadinya bullying bisa berasal dari dorongan sekitar sampai kondisi sosial ekonomi tertentu.
Lihat Foto
Ilustrasi bullying, penyebab bullying, penyebab terjadinya bullying bisa berasal dari dorongan sekitar sampai kondisi sosial ekonomi tertentu.

KOMPAS.com - Kasus penindasan atau bullying kerap terjadi di sekolah. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Makarim mengemukakan, berdasarkan hasil Asesmen Nasional (AN) tahun 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023, sebanyak 24,4 persen peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan (bullying).

Selain itu, hingga saat ini anak-anak juga masih rentan menjadi korban perundungan fisik, verbal, relasional, ataupun secara daring (cyberbullying).

Terkait hal itu Uswatun Hasanah Dosen Keperawatan Jiwa Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya mengatakan kejadian bullying muncul dalam berbagai bentuk mulai dari intimidasi, mengejek, juga dalam bentuk kekerasan fisik sampai menyebabkan hilangnya nyawa korban.

“Saat siswa berada di lingkungan sekolah, tentunya secara penuh mereka berada dalam pengawasan dan tanggung jawab guru, sehingga guru memiliki frekuensi yang tinggi dalam berinteraksi dengan siswa baik di kelas maupun diluar kelas,” ujar Uswatun dilansir dari laman UM Surabaya.

Uswatun membagikan tips bagi seluruh guru untuk pencegahan maupun penanganan bullying di lingkungan sekolah.

1. Peka pada lingkungan

Pertama, menjadi guru yang jeli dan peka. Guru perlu menyadari bahwa apa yang terlihat di depan mata belum tentu merupakan sebuah fakta.

Banyak hal atau kejadian tersirat yang membutuhkan kejelian dari para guru, khususnya dalam hal mengidentifikasi tanda perilaku bullying dari peserta didiknya baik yang ditunjukkan oleh pelaku maupun korban.

“Perlu disadari bahwa bullying dapat dilakukan dan terjadi kepada siapapun, bahkan oleh siswa yang dalam kesehariannya menunjukkan perilaku yang baik juga berprestasi, atau juga oleh siswa yang nampak dalam kesehariannya sebagai siswa yang pendiam. Guru juga harus menyadari meski bullying sering terjadi di area tertutup dimana pengawasan minim dilakukan seperti di toilet, belakang bangunan sekolah dan sebagainya,” tegasnya lagi.

2. Waspada tanda awal bullying

Kedua, menjadi lebih waspada terhadap tanda awal perilaku bullying.

Sebagai seorang guru, mengawasi banyak siswa dalam satu waktu merupakan tantangan yang cukup menguras energi, waktu, pikiran dan juga emosi.

Akan tetapi itu bukanlah suatu hal yang mustahil untuk dilakukan. Perilaku-perilaku kecil yang biasanya dianggap sebagai candaan terkadang menjadi indikator terjadinya bullying jika tidak ditangani sejak dini.

Seperti tatapan mata tajam pada yang ditujukan hanya pada satu siswa tertentu, menertawakan atau mengajak seisi kelas menertawai salah satu teman sambil meledeknya, memanggil nama teman dengan panggilan ejekan atau nama dari orangtua, mengabaikan, menguntit, meminjam barang kemudian tidak dikembalikan atau dirusak.

“Beberapa perilaku tersebut memang tidak menunjukkan bullying secara nyata, akan tetapi beberapa penelitian mengungkapkan bahwa perilaku tersebut mengarah pada perilaku bullying yang jika guru dengan tegas mengambil tindakan untuk menghentikan perilaku gerbang ini, peluang untuk menghentikan perilaku bullying akan lebih besar,”jelasnya.

3. Berusaha terus peduli

Ketiga, menjadi lebih peduli dan menanggapi dengan serius. Saat ada indikasi siswa melakukan intimidasi pada siswa lainnya, guru harus merespons hal tersebut sebagai sesuatu yang serius.

Cobalah menegaskan pada pelaku bahwa hal yang dilakukan termasuk bentuk kekerasan psikis dan sampaikan konsekuensi yang akan diterima jika diulangi.

Begitu pula jika siswa menceritakan peristiwa yang dialaminya sebagai korban, alangkah baiknya guru menunjukkan kepedulian, fokus dan aktif mendengarkan cerita tersebut.

Jangan lupa menunjukkan empati, menenangkan, menyampaikan solusi dan komitmen untuk menindaklanjuti proses penyelesaian kasus bullying tersebut secara netral tanpa memihak sampai menemukan bukti konkret terkait kejadian bullying.

4. Ciptakan ruang kelas yang aman

Keempat, memulai dengan menciptakan ruang kelas yang aman. Ruang kelas yang aman bagi siswa tidak sebatas aman digunakan saat proses belajar mengajar.

Akan tetapi juga mencakup adanya rasa saling menghormati, saling memiliki antar sesama siswa, terbentuknya kepedulian dan saling mendukung, rasa aman untuk berinteraksi.

Serta siswa bisa bebas mengekspresikan dan mengungkapkan pikiran serta perasaan, termasuk siswa mau bersuara saat menyaksikan perilaku bullying, menjadi korban dan berani menentang perilaku bullying.

Guru dapat membantu membangun koneksi dan kedekatan antar siswa, sehingga mereka merasa saling terhubung satu sama lain, dan memiliki peluang yang lebih besar dalam menghadapi bullying.

“Jika dibutuhkan guru juga bisa menyediakan dokumen anti-bullying yang ditandatangani oleh seluruh siswa untuk menunjang terciptanya lingkungan kelas yang aman, tentunya dalam dokumen penting untuk menyertakan konsekuensi yang membangun bagi siswa yang melanggar dan prosedur penyelesaian masalah,” katanya.

5. Libatkan orangtua

Terakhir, guru perlu aktif melibatkan orang tua dalam upaya penanganan bullying. Saat ada kejadian yang mengarah pada perilaku bullying, alangkah baiknya guru menginformasikan hal tersebut pada orangtua pelaku maupun orangtua korban.

Sampaikan kronologi lengkap dari kejadian, sehingga saat di rumah orangtua juga memiliki tanggung jawab untuk mengarahkan anak-anaknya terkait cara bersikap, dan berperilaku positif.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tag

Baca Juga

Komentar