Harga Beras Meroket, Ikappi Ungkap Omzet Pedagang Merosot 50 Persen - Beritasatu

 

Harga Beras Meroket, Ikappi Ungkap Omzet Pedagang Merosot 50 Persen

Minggu, 25 Februari 2024 | 13:25 WIB
AF
AD
Pedagang beras alami penurunan omzet lantaran harga yang melambung tinggi di Tangerang.
Pedagang beras alami penurunan omzet lantaran harga yang melambung tinggi di Tangerang. (Beritasatu.com/Wawan Kurniawan)

Jakarta, Beritasatu.com - Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mengungkapkan omzet pedagang pasar merosot hingga 50% akibat penurunan daya beli masyarakat, seiring kenaikan harga beras yang menembus hingga Rp 18.000 per kilogram sejak beberapa waktu terakhir.

ADVERTISEMENT

Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (Sekjen DPP) Ikappi, Reynaldi Sarijowan menyampaikan tren kenaikan harga beras yang telah berlangsung sejak Oktober 2023 ini berdampak pada kinerja penjualan pedagang beras di pasar.

BACA JUGA

"Walaupun kenaikannya setiap pekan itu hanya Rp 100-200, pedagang ini mengalami persoalan, terutama terkait dengan berkurangnya volume penjualan. Memasuki Januari 2024, dengan volume penjualan yang dikurangi, sehingga omzetnya terjun bebas. Kami catat mencapai 50%," ungkap Reynaldi kepada Beritasatu.com, Minggu (25/2/2024).

ADVERTISEMENT

Hal senada juga disampaikan oleh Ketua Umum DPP Ikappi, Abdullah Mansuri. Dia berujar, kenaikan harga yang tinggi secara otomatis menurunkan daya beli masyarakat yang berimbas pada penurunan omset pedagang.

"Pastinya ada penurunan omset. Ini kaitannya pada banyak faktor. Mulai dari harga yang tinggi, pedagang kesulitan menjual, itu pasti akan ada penurunan (omzet). Lalu, daya beli masyarakat menurun pasca-kenaikan harga beras," kata Abdulllah, saat dihubungi Beritasatu.com, Minggu (25/2/2024).

Abdullah bercerita, masyarakat yang biasanya membeli beras premium kini beralih ke beras medium. Bahkan, sebagian masyarakat membeli beras oplosan, yakni beras campuran antara beras premium dengan beras medium.

BACA JUGA

"Sekarang mereka biasa beli premium terus tiba-tiba harganya tinggi, mereka pasti akan berfikir dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan, pasti akan ada penurunan. Sekarang mereka mengoplos, dari biasanya beli premium menjadi beli sebagian premium dan sebagian beli medium, jadi dioplos dan dicampur," tutur dia.

Reynaldi lalu menambahkan, sebagian konsumen juga mengeluhkan kualitas beras yang ada saat ini. Beras dengan harga terendah yang berada di kisaran Rp 12.000 diklaim memiliki kualitas yang juga sangat rendah.

"Kalaupun ada harga beras yang Rp 12.000, itu bau karung. Kita memang belum bicara kualitas, baru harga berasnya. Nanti kualitasnya boleh dicek. Saya dapat laporan di Pasar Kebayoran lama, berasnya bau karung. Murah tetapi begitu," ujar Reynaldi.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Baca Juga

Komentar