Awal Puasa RI-Saudi Diprediksi Beda, Kemenag: Ikuti Negara Sendiri - detik

 

Awal Puasa RI-Saudi Diprediksi Beda, Kemenag: Ikuti Negara Sendiri

Annisa Dayana Salsabilla

Jakarta - Awal puasa Ramadan 2024 di Arab Saudi diprediksi bertepatan pada 11 Maret 2024. Hal ini berbeda dengan prediksi dari lembaga pemerintahan Indonesia yang menyebut, awal puasa 2024 jatuh pada 12 Maret.

Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama (Kemenag) Ismail Fahmi menjelaskan sebetulnya sudah ada fatwa dari ulama Arab Saudi agar menaati keputusan pemerintah masing-masing. Pihaknya tidak menghendaki keputusan mereka diikuti oleh negara-negara di luar Saudi.

"Untuk daerah daerah di luar Arab, disuruh taat sama pemerintahnya. Disuruh menyesuaikan dengan kondisi yang ada di negaranya masing-masing. Arab ini tidak menghendaki untuk diikuti, ini pendapat ulamanya jelas," ujarnya pada forum diskusi bertajuk Kriteria Baru MABIMS dalam Penentuan Awal Ramadan di Kantor BRIN, MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (8/3/2024).

"Jadi ulama sana bilang, ente nggak usah ikut-ikut sini. Ikuti saja yang sudah ada di wilayahnya masing-masing," lanjutnya.

Menurut pendapat Ismail, hal ini juga bisa menjadi masukan bagi para ahli bahwa untuk urusan ibadah memang sudah ranahnya saling menghargai dan kembali kepada keyakinan masing-masing.

Ismail memaparkan, sistem kalender Ummul Qura yang dipakai Arab Saudi menggunakan sistem wiladatul hilal. Penentuan awal bulan kalender Ummul Qura berdasarkan pada posisi hilal yang sudah positif atau dengan kata lain sudah di atas ufuk.

Menurut Ismail, Arab Saudi akan tetap menggunakan rukyat. Setelah pelaksanaan rukyat, tanggal awal Ramadan baru bisa dipastikan oleh pemerintah Arab Saudi.

Senada dengan hal tersebut, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin juga menyampaikan hal serupa.

"Arab Saudi itu berdasarkan pada rukyat, tidak memperhatikan hisab. Berapapun posisi hilal, kalau ada yang melihatnya maka hilal itu langsung diterima," ujarnya.

Thomas menyebut, kadang ketentuan tersebut bisa menjadi kontroversial. Pasalnya, kondisi ketika posisi bulan masih di bawah ufuk pun pernah diterima.

Mengenai prediksi awal Ramadan di Arab Saudi yang jatuh pada 11 Maret 2024, Thomas mengatakan, posisi bulan pada akhir Syaban di Arab Saudi yang menunjukkan bahwa posisinya sudah di atas ufuk.

"Apalagi kalau sudah di atas ufuk, kadang-kadang masih di bawah ufuk pun kalau ada yang mengaku melihat hilal, itu diterima," katanya.

"Tetapi, tetap saja menunggu hasil rukyat. Arab Saudi tetap menunggu rukyat walaupun hasil hisab di kalender Ummul Qura tanggal 11," sambung dia.

Simak Video "Pantauan Hilal Awal Ramadan 2024 di Jakarta"

(rah/rah)

Komentar

Opsi Media Informasi Group

Baca Juga (Konten ini Otomatis dan tidak dikelola oleh kami)

Antarkabarid

Arenanews

Berbagi Informasi

Kopiminfo

Media Informasi

Opsi Informasi

Opsiin

Opsitek