FAA Ungkap Hasil Audit Produksi Boeing 737 Max: 33 Produk Gagal Uji - CNBC Indonesia

 

FAA Ungkap Hasil Audit Produksi Boeing 737 Max: 33 Produk Gagal Uji

Rindi Salsabilla Putri, CNBC Indonesia
News
12 March 2024 20:15
Boeing 737 Max dapat kembali mengudara setelah Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan izin pada Rabu (18/11/2020). (AP/Ted S. Warren)
Foto: Boeing 737 Max dapat kembali mengudara setelah Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) mengeluarkan izin pada Rabu (18/11/2020). (AP/Ted S. Warren)

Jakarta, CNBC Indonesia - Regulator keselamatan udara Amerika Serikat (AS) menemukan sederet masalah di fasilitas milik Boeing. Hal ini ditemukan setelah audit selama enam minggu terhadap produksi Boeing 737 Max.

Melansir dari CNBC International yang mengutip The New York Times, Badan Penerbangan Federal atau Federal Aviation Administration (FAA) mulai melakukan penyelidikan setelah peristiwa salah satu panel pintu pesawat Boeing 737 Max 9 milik Alaska Airlines meledak pada awal Januari 2024 lalu.

Berdasarkan hasil penyelidikan, internal FAA mengungkapkan ada banyak masalah yang ditemukan oleh auditor.

Adapun, masalah yang ditemukan termasuk dalam kategori gagal untuk mengikuti "proses manufaktur yang disetujui" dan kegagalan untuk menjaga dokumentasi kendali mutu yang tepat.

Menurut laporan, auditor FAA menyebutkan, dari 89 audit produk yang dilakukan, Boeing lulus 56 pengujian dan gagal dalam 33 pengujian.

Selama audit enam minggu, FAA juga melakukan 13 audit produk yang berfokus pada Spirit AeroSystems, yakni produsen badan pesawat untuk Boeing 737 Max. Dari jumlah tersebut, hanya enam audit yang dinilai lulus, sementara tujuh lainnya gagal.

Sebuah dokumen yang ditinjau oleh The New York Times menemukan, seorang mekanik di Spirit AeroSystems menggunakan kartu kunci hotel untuk memeriksa segel pintu. Selain itu, FAA disebut melihat mekanik Spirit AeroSystems menggunakan sabun cair sebagai pelumas segel pintu dengan maksud "proses penyesuaian".

Berkaitan dengan hal itu, juru bicara Spirit AeroSystems menyebut perusahaannya sedang "meninjau semua ketidaksesuaian yang teridentifikasi untuk tindakan perbaikan."

Pada akhir Februari lalu, FAA memberi Boeing waktu selama 90 hari untuk mengembangkan rencana peningkatan pengendalian kualitas. Pada waktu yang hampir bersamaan, laporan panel ahli mengenai Boeing menemukan "keterputusan" antara manajemen senior dan karyawannya terkait budaya keselamatan.

Adapun, laporan panel tersebut diwajibkan oleh Kongres AS setelah dua kecelakaan pada 2018 dan 2019. Kedua kecelakaan itu melibatkan pesawat Boeing 737 Max dan menewaskan seluruh penumpang serta awak pesawat dengan total 346 orang.

Menanggapi laporan The New York Times dan laporan panel ahli baru-baru ini, Boeing mengatakan bahwa pihaknya terus "smenerapkan perubahan segera dan mengembangkan rencana tindakan komprehensif untuk memperkuat keselamatan dan kualitas."

"Kami benar-benar fokus untuk mengambil tindakan signifikan dan terbukti dengan transparansi di setiap kesempatan," kata Boeing dalam sebuah pernyataan.

Selain FAA, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional sedang menyelidiki penyebab panel pintu pesawat Boeing 737 Max yang meledak selama insiden Alaska Airlines. Departemen Kehakiman dilaporkan telah memulai penyelidikan kriminal terhadap perusahaan tersebut.

Baca Juga

Komentar