Pupuk Subsidi Langka Jadi Penyebab Harga Pangan di Tangerang Melonjak - BeritaSatu

 

Pupuk Subsidi Langka Jadi Penyebab Harga Pangan di Tangerang Melonjak

Jumat, 1 Maret 2024 | 18:57 WIB
AF
WP
Ilustrasi beras.
Ilustrasi beras. (Beritasatu.com/Monique Handa Shafira)

Tangerang, Beritasatu.com - Sejumlah pedagang di pasar tradisional di Kota Tangerang, Banten mengeluhkan harga bahan pangan yang meroket.  Penyebabnya, antara lain ketersediaan pupuk subsidi yang langka. 

ADVERTISEMENT

Salah satu pedagang, Fendi (30) mengatakan, menipisnya ketersediaan pupuk di sejumlah wilayah memengaruhi hasil produksi bahan pangan. Alhasil, para petani hanya bisa menyediakan bahan pangan dengan jumlah terbatas.

“Katanya dari pupuk kurang, pupuknya langka. Jadi memengaruhi hasil produksi. Pupuknya semakin sedikit, harganya (bahan pangan) jadi naik,” kata Fendi kepada Beritasatu.com di Pasar Anyar Tangerang, Tangerang, Jumat (1/3/2024).

BACA JUGA
ADVERTISEMENT

Fendi mengaku terpaksa menaikkan harga sejumlah bahan pangan yang biasa dijual ke konsumen, termasuk komoditas cabai, bawang merah, dan bawang putih. Jika biasanya cabai rawit merah dijual Rp 70.000 per kilogram (kg), kini naik menjadi Rp 90.000 per kg.

Sementara cabai merah keriting semula dijual Rp 40.000 per kg naik menjadi Rp 80.000. Lalu, harga bawang putih semula Rp 35.000 per kg naik menjadi Rp 40.000 per kg. Sedangkan bawang merah semula Rp 30.000 per kg naik menjadi Rp 35.000 per kg.

Hal senada juga diungkapkan salah satu pemilik kios beras Hasil Tani, Nalson (37). Menurutnya, kelangkaan pupuk subsidi membuat stok padi di wilayah Tangerang menjadi sedikit. “Pupuk kan sekarang juga sudah susah, sudah langka. Dari pupuk langka terus berimbas kemana-mana,” tandasnya.

Saat ini, Nalson menjual beras medium seharga Rp 15.000 hingga Rp 16.000 per kg. Sementara beras premium semula dijual Rp 16.000 per kg menjadi Rp 18.000 per kg.

BACA JUGA

Lebih lanjut, Nalson mengeluhkan lahan pertanian dan sawah yang semakin berkurang. Menurutnya, saat ini lebih banyak pembangunan rumah dan pergudangan dibandingkan lahan pertanian.

“Stok padi yang ada di daerah sini sudah tidak ada. Bangunan rumah sudah banyak, pergudangan sudah banyak, tetapi lahan pertaniannya tidak ada. Mau makan apa?” tandas Nalson.

Simak berita dan artikel lainnya di Google News

Ikuti terus berita terhangat dari Beritasatu.com via whatsapp

Baca Juga

Komentar