Strategi Branding untuk UMKM di 2024, Bisa Dongkrak Omzet Hingga 800% - Krjogja

 

Strategi Branding untuk UMKM di 2024, Bisa Dongkrak Omzet Hingga 800% - Krjogja


Jakarta Branding merupakan kunci pertumbuhan bisnis dalam skala apapun, mulai dari UMKM hingga perusahaan besar. Namun, ada beberapa kesalahan yang sering dilakukan pebisnis, terutama UMKM, dalam melakukan branding seperti, tidak memperlakukan pelanggan eksisting dengan baik hingga terlalu jor-joran dalam promosi dan diskon hingga malah berefek negatif terhadap brand image.

Berikut merupakan strategi branding untuk para UMKM untuk tingkatkan omzet perusahaan di 2024 ala perusahaan e-Commerce enabler AHA Commerce.

1. Menemukan Celah Niche Potensial

Niche adalah target pasar spesifik yang ingin dikejar. Di sini, brand harus bisa menemukan niche di pasar, dalam artian bisa menemukan celah untuk bisa menarik perhatian masyarakat di luar dari produk populer.

Caranya, bisa mencari area di mana demand belum terpenuhi dan persaingan masih belum terlalu ketat. Hal ini bertentangan dengan pemikiran umum banyak orang yang cenderung mencari produk yang paling laku di pasar dan berbondong-bondong mengimpor produk tersebut, terjun ke pasar yang sudah ramai atau red ocean. Pendekatan niche yang menghindari perang harga dengan menemukan segmen yang kurang dilayani, memberikan kesempatan untuk inovasi dan menawarkan nilai tambah yang unik.

Misalnya, produk sepatu kesehatan yang memiliki sol khusus untuk membantu mengatasi masalah sakit kaki atau punggung. Berhubung produk itu belum banyak pesaingnya, jadi bisa dibilang itu adalah produk blue ocean.

Berbeda dengan pendekatan red ocean yang berfokus pada pasar yang sudah jenuh dengan persaingan ketat, mengejar niche memungkinkan brand untuk menawarkan produk atau layanan yang benar-benar dibutuhkan oleh segmen tertentu, seringkali akan mendatangkan margin keuntungan yang lebih baik.

2. Memiliki Unique Selling Point untuk Bisa Bersaing dengan Kompetitor

ika brand ingin dilirik oleh konsumen di tengah persaingan yang ketat, berarti brand wajib menemukan unique selling point (USP), sesuatu yang unik dari produk atau layanan jasa yang menonjol dan memiliki value untuk konsumen dibandingkan dengan kompetitor lainnya. Dengan adanya USP tersebut, konsumen memiliki alasan kenapa harus membeli produk atau jasa dibandingkan dengan membeli milik kompetitor.

Salah satu contoh USP adalah AHA Commerce, sebagai enabler e-Commerce, AHA Commerce memberikan value, yakni garansi omzet naik. Value ini bisa menjadi diferensiasi paling kuat dibandingkan dengan enabler ataupun agensi marketing lainnya. Sehingga, brand lebih yakin untuk bekerja sama dengan AHA Commerce untuk membantu meningkatkan omzet mereka.

3. Mengoptimalkan Hal Kecil yang Bisa Bikin Pelanggan Jadi Setia
Branding bukan cuma bicara membangun awareness ke calon pelanggan baru, tapi juga bagaimana bisa mempertahankan pelanggan yang ada. Ada beberapa cara untuk bisa meningkatkan engagement ke pelanggan eksisting agar dia betah. (*)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya