Saudi Ultimatum Keras Israel Jika Berani Gempur Rafah Jalur Gaza - CNN Indonesia

 Saudi Ultimatum Keras Israel Jika Berani Gempur Rafah Jalur Gaza

CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Arab Saudi melayangkan ultimatum keras soal rencana Israel jika berani menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza Palestina.

Melalui pernyataan, Kementerian Luar Negeri Saudi memperingatkan "dampak sangat berbahaya" dari gempuran Israel ke Rafah, wilayah terakhir bagi ratusan ribu warga Palestina di Gaza untuk berlindung sejak agresi brutal Zionis berlangsung 7 Oktober lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam pernyataan yang diunggah di X, Saudi menolak mentah-mentah upaya Israel ini yang sengaja ingin mengusir warga Palestina dari rumah mereka di Gaza.

Saudi juga menegaskan kembali seruan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

"Pelanggaran yang terus berlanjut terhadap hukum internasional dan hukum humaniter internasional ini menegaskan perlunya segera menggelar rapat Dewan Keamanan PBB untuk mencegah Israel menyebabkan bencana kemanusiaan," bunyi pernyataan Kemlu Saudi.

"Setiap orang yang mendukung agresi (Israel) tersebut harus memikul tanggung jawab (dihukum)," bunyi pernyataan lanjutan Saudi seperti dikutip Al Jazeera pada Sabtu (10/2).

Korban tewas agresi brutal Israel ke Palestina yang berlangsung sejak 7 Oktober lalu hampir tembus 28 ribu orang per Sabtu (10/2). Sebanyak lebih dari 70 persen korban tewas itu ialah anak-anak dan perempuan.

Sementara itu, lebih dari 67.459 warga Palestina juga terluka imbas bombardir Israel ke Gaza selama empat bulan terakhir.

Alih-alih menghentikan segera agresi brutalnya, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu malah menegaskan pasukan Israel bakal melancarkan operasi baru yang kini menargetkan Kota Rafah.

Pada Kamis (9/10), Netanyahu mengatakan tentara Israel akan "segera pergi ke Rafah, benteng terakhir Hamas."

Netanyahu juga memerintahkan tentaranya untuk mengevakuasi warga sipil dari Rafah dengan dalih menghindari gempuran dari militernya.

"Di sisi lain, jelas bahwa operasi besar-besaran di Rafah memerlukan evakuasi warga sipil dari zona pertempuran," kata Netanyahu melansir CNN.

"Itulah sebabnya Perdana Menteri mengarahkan IDF dan lembaga pertahanan untuk menyampaikan kepada Kabinet rencana ganda untuk evakuasi penduduk dan pembubaran batalion."

Rafah disebut merupakan kota terakhir di Gaza yang belum diduduki tentara Israel.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuturkan lebih dari 1,3 juta warga Palestina tengah berlindung dan mengungsi di Rafah usai terusir imbas peperangan dari utara dan tengah Gaza.

(rds)

Baca Juga

Komentar

 Pusatin Informasi 


 Postingan Lainnya