TAMPANG Gus Fatihunnada Pengasuh Ponpes Cengengesan Saat Antar Jasad Santri Bintang
TRIBUN-MEDAN.COM – Inilah tampang Gus Fatihunnada, pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri yang cengengesan antar jasad santri bernama Bintang.
Gus Fatihunnada, pengasuh Pondok Pesantren Al Hanifiyyah Kediri tampak cengengesan saat mengantar jenazah santri Bintang Balqis Maulana.
Sikap pengasuh Ponpes bernama Gus Fatihunnada ini pun menjadi sorotan saat mengantar jenazah Bintang Balqis ke rumah duka.
Gus Fatihunnada dinilai cengengesan padahal sedang mengantar jenazah salah satu santri dan bertemu dengan keluarga duka.
Seperti tampak dalam video viral di media sosial, pengasuh Ponpes ini hanya mengatupkan dua tangan sambil cengar-cengir.
"Pihak pondok juga cuma 'mohon maaf, sabar, yang ikhlas'.
Sedangkan kita keluarga kan titik kerang.
Dia juga gak ngasih tahu," kata Mia.

Kepada polisi pihak Ponpes mengaku sebagai pengasuh.
Namun keluarga korban justru mengungkap faktanya.
"Katanya sih pas polisi nanya kalau dia pengurus bukan kiyainya, sedangkan bude datang bude bilang kalau dia kiyainya.
Jadi di sini udah banyak kecurigaan, pihak pondok juga menutup-nutupi," katanya.
Dia adalah Gus Fatihunnada.
Gus Fatihunnada mengaku sebagai pengasuh Pesantren.
Gus Fatihunnada mengaku tidak tahu jika Bintang tewas karena dianiaya di Ponpes Kediri.
"Tidak tahu karena laporan yang saya terima itu sakit, terpeleset, jatuh lah.
Terus dalam keadaan kemudian meninggal, saya cuma dapat kabar awal itu ya itu dikabari ketika sudah meninggal," kata Gus Fatihunnada.
Ibu Bintang, Suyanti menekankan bahwa anaknya bukan tewas karena terjatuh.
Ia mengaku amat kecewa dengan sikap pengasuh Ponpes Al Hanifiyah.
Pasalnya sampai sekarang tak ada ucapan apa-apa.
Baca juga: VIRAL Penjual Piscok Dipaksa Onani oleh Pembelinya, Diberi Rp 250 Ribu Lalu Direkam
Baca juga: Istri Syok saat Buka Laptop Suami yang Sudah Meninggal, Ada Bukti Selingkuh dengan Banyak Wanita
BENARKAH Bintang Dianiaya 4 Senior sampai Tewas karena Tidak Sholat?
Benarkan Bintang Balqis Maulana (14) dianiaya hingga tewas karena tak sholat?
Adapun Bintang Balqis Maulana disebut dianiaya sampai tewas oleh empat seniornya yang satu diantaranya merupakan sepupunya karena tak sholat.
Penganiayaan Bintang Balqis Maulana tersebut berawal karena dirinya disebut tidak ikut sholat berjamaah.
Hal itu disampaikan pengacara empat pelaku yakni Rini Puspitasari.
Rini Puspitasari pun menjelaskan kronologi dan motif versi empat pelaku.
Ia menduga adanya kesalahan pahaman antara korban dan pelaku yang kemudian berujung penganiayaan.
Hal itu disampaikan Rini Puspitasari kepada sejumlah wartawan, Rabu (28/2/2024).
Dijelaskan Rini, penganiayaan Bintang bermula setelah para pelaku mendengar dan mengetahui korban tidak ikut sholat berjamaah.
Beberapa hari sebelumnya Bintang baru sakit, namun tetap disuruh kerja. Kerja yang dimaksud adalah piket kebersihan.
Dengan maksud untuk memberikan nasehat dan bertanya, namun jawaban yang diberikan Bintang tidak nyambung sehingga mematik emosi 4 orang pelaku sehingga terjadi pemukulan pertama pada hari Selasa (20/2/2024).'
Baca juga: MUJURNYA Nasib Sappe, Berkat Nyamar dan Nangis di Hadapan Capes Anies, Lolos jadi Anggota DPRD
Baca juga: KRONOLOGI Gus Samsudin Tersangka dan Ditahan Polisi, Bikin Konten Tukar Pasangan Suami Istri
Ternyata hari Rabu (21/2/2024) korban tidak ikut sholat lagi.
Kemudian oleh pelaku, korban disuruh sholat dan mandi, malahan dari kamar mandi korban malah telanjang.
Sehingga korban sempat dianiaya lagi karena saat ditanya jawaban yang disampaikan tidak sambung sehingga memantik emosi para pelaku.
Korban sempat diobati karena ada luka di pipinya, selanjutnya Jumat (23/2/2024) dini hari kondisi korban semakin bertambah pucat kemudian dibawa ke rumah sakit ternyata setelah diperiksa korban sudah meninggal dunia.
Selanjutnya kejadian itu dilaporkan kepada pengasuh dan setelah dimandikan kemudian dipulangkan ke Banyuwangi.
Dijelaskan Rini, ke 4 pelaku penganiayaan seluruhnya masih di bawah umur.
Usia 16, 17 dan dua pelaku baru berusia 18 tahun di tahun ini.
Sehingga pasal dikenakan Undang undang Perlindungan Anak pasal 80, pasal 170 dan pasal 351. Sejauh ini polisi masih menjerat 4 orang pelaku.
Masing - masing MN (17) santri asal Sidoarjo, MA (17) santri asal Nganjuk, AF (16) asal Denpasar Bali dan AK (17) asal Surabaya.
Menanggapi hal ini, Kapolres Kediri Kota AKBP Bramastyo Priaji menjelaskan motif penganiayaan yang mengakibatkan meninggalnya korban karena ada kesalahpahaman. Sehingga terjadi penganiayaan yang terjadi berulang- ulang.
Saat ini petugas masih menunggu dan mendalami saksi -saksi serta dokter yang memeriksa jenasah korban di Banyuwangi.
Saat ini penyidik masih menunggu hasil laboratorium forensik.
(*/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter
0 Komentar